14/03/2009

Pengultusan Sains dan Teknologi

Kemajuan sains dan teknologi membawa kejayaan dan kebahagiaan umat manusia. Kenikmatan dan kemudahan hidup serta berbagai hiburan didapat sebagai hasil sains dan teknologi. Kekurangan tanah pertanian telah dapat diatasi dengan mengubah gurun-gurun pasir serta daerah tertutup salju menjadi areal pertanian yang subur. Jarak perjalanan, yang dulu mesti ditempuh berbulan-bulan, saat ini hanya berbilang jam, bahkan tak lama lagi bisa sekian detik saja. Mobil yang dijalankan dengan battery dan energi surya pun mulai dipakai.

Ilmu kedokteran pun kian mengagumkan. Ginjal, paru-paru, jantung dan alat tubuh penting lainnya telah dibuat dan diperdagangkan sebagaimana layaknya onderdil-onderdil mesin. Orang tua yang dulu dianggap bakal tak punya anak, kini, simsalabim, lahirlah si Upik atau si Buyung. Dengan teknik-teknik termaju seleksi gen, bersamaan dengan diagnosa janin dan perawatan yang cermat terbuka harapan yang memungkinkan “mengendalikan kualitas” keturunan kita.

Sekarang telah luas juga digunakan teknik inseminasi buatan (artificial insemination/AI) dengan air mani donor (orang lain), jika sang suami mandul, atau berpenyakit turunan parah seperti Hutington. Seorang suami, kini, bisa menyimpan air maninya dalam cryobank (bank tabungan air mani) sebelum dirinya disterilkan, atau memungkinkan sang istri punya anak dari suami yang udah mati! Dengan sistem “kloning” -inti sebuah telur “dibuahi” dengan inti sel somatik (badan) lalu dicangkokkan kembali ke rahim sehingga berkembang seperti biasa– ada kemungkinan nantinya seseorang bisa melahirkan anak monyet, kalau rela! Ada lagi cara fusi telur (penggabungan telur), yang akan melenyapkan perlunya sperma pria dan akan selalu menghasilkan/melahirkan bayi wanita! (lelaki makin tak laku?) Bahkan, kedua telur itu, bisa diperoleh dari satu wanita yang sama!

Banyak, banyak sekali kalau kita sebutkan satu per satu. Belum lagi metode memperlambat ketuaan, darmawisata ke ruang angkasa atau ke tepi alam semesta ini (?). Begitu juga perkembangan komputer dan teknologi komunikasi yang kian canggih dan sempurna yang akan dapat memberi kita solusi di berbagai bidang kehidupan. Robot pun kian banyak mengambil alih tugas manusia. Teaching machine, yang jauh lebih efisien, telah menggantikan fungsi guru. Untuk menumbal kekurangan tidur digunakan pula sleep machine. Pendeknya manusia akan dapat hidup enak dan sepuas mungkin. Semua berkat sains dan teknologi !

Akibatnya timbul anggapan pada sebagian kalangan: sains adalah segala-galanya. Sains dapat membuat sorga di dunia ini. Peradaban seperti ini oleh Prof. Jaques Barzun dalam bukunya Science, The Glorious Entertaintment disebut sebagai Scientific Culture -peradaban sains- manusia lebih percaya pada sains dan teknologi. Manusia dipimpin semata-mata oleh ratio, akal sehat dan inteleknya saja.

Kendatipun demikian masih ada ahli pikir yang cemas melihat perkembangan masyarakat dan cara pikir seperti itu, terlalu tunduk pada otoritas sains belaka. Keagamaan, ketuhanan, susila dan nilai-nilai etis lainnya ditanggalkan. Secara kualitatif hidup bergelimangan alam benda yang berlimpah-limpah dan tunduk hanya pada kekuasaan intelek saja pada hakekatnya miskin! Semu belaka. Sebab yang menjadi daya dorongnya adalah keuntungan atau laba. Inilah yang jadi ciri khas utama masyarakat peradaban sains itu.

Saingan yang tajam dalam kehidupan manusia, kurangnya rasa kegotongroyongan, tak pernah puas dengan segala yang ada, padahal hidup serba ada, menyebabkan timbulnya kebingungan, kegelisahan batin dan kerisauan hati dalam masyarakat. Manusia hidup dicekam stress dan ketegangan terus menerus. Lalu terjadilah peningkatan penjualan obat tidur, obat bius dan penenang saraf. Hal semacam itu takkan terjadi kalau manusia yang hidup dalam peradaban sains itu memperoleh kebahagiaan dan ketenangan batin. Hingga para ahli pikir Barat pun sampai bertanya-tanya, “Kalau dunia jadi demikian, adakah juga gunanya orang berumur panjang?”

1 komentar:

reza said...

teknologi dan sains zaman sekarang itu perlu sekali. tinggal bagaimana kita berpikir tentangnya. salam !

Post a Comment